Monday, April 4, 2016

4 Hal Ini Merangsang Pertumbuhan Anak


 
 

Setelah semakin besar, stimulasi lingkungan semakin penting bagi anak. Dengan penuh rasa ingin tahu, ia akan mengeksplorasi berbagai hal menarik dari sekelilingnya. Jadi, sediakan lingkungan yang mampu mendorong rasa ingin tahunya. Hal-hal menarik ini akan membantu menstimulasi pertumbuhannya.

> Suara. Perdengarkan suara-suara yang berirama. Musik yang mengalun lembut akan menenangkan dan membuat ia terlelap saat menjelang tidur. Sementara lagu anak-anak yang riang akan membuat ia antusias dan bersemangat. Hindari suara yang keras.

> Warna. Warna-warni cerah, beragam dan kontras akan membuat ia merasa gembira dan tertarik mengamati.

> Sentuhan. Usapan lembut di pipi atau tepukan Anda di lengannya akan membuat si kecil tumbuh dengan
perasaan aman, nyaman, dan terlindungi.

> Gerakan. Sesuatu yang bergerak akan membuat ia tertarik mendekat dan menyentuh. Jangan heran kalau lambaian Anda ia sambut dengan gerakan cepat menghampiri.

Friday, March 25, 2016

KTP Untuk Anak, Apa Tujuannya?

 
Kartu Tanda Penduduk (KTP) awalnya ditujukan bagi penduduk Indonesia yang sudah cukup umur dan bertanggung-jawab, yakni 17 tahun ke atas. Tapi kini anak di bawah usia 17 tahun juga harus punya KTP, yaitu Kartu Identitas Anak (KIA). Apa tujuan anak memiliki KIA?

Mengutip dari situs resmi Kementrian Dalam Negeri, KIA diterbitkan dengan tujuan untuk mendorong peningkatan pendataan, perlindungan, dan pemenuhan hak konstitusional anak. Hal ini juga disebabkan ada fakta bahwa 56 juta anak, atau lebih dari 50% dari total populasi anak di Indonesia, tak punya akta kelahiran, mendorong Kemendagri untuk menerbitkan KIA. Kartu ini bisa dianggap melengkapi akta kelahiran karena ada keterangan alamat di dalamnya.

KIA dibagi berdasarkan rentang usia, yaitu usia 0-5 tahun dan usia 5-17 tahun. Tahap pembuatannya mudah, bagi anak batita yang belum memiliki KIA, cukup menunjukkan kutipan akta kelahiran yang asli dan photocopynya, Kartu Keluarga (KK) asli orang tua/wali, dan KTP orang tua/wali. Sedangkan untuk anak yang sudah berusia 5 tahun ke atas, persayaratannya sama dengan anak batita, dan menyertakan 2 lembar pas foto berwarna.

Salah satu kegunaan dari KIA ini adalah untuk kemudahan akses BPJS bagi anak, tanpa harus membawa fotokopi Kartu Keluarga orang tua lagi. Selain itu, kegunaannya juga bisa untuk transaksi keuangan, atau mendaftar sekolah sehingga mendorong anak jadi mandiri. Untuk mengetahui syarat dan tata cara mendaftar KIA untuk anak, Anda bisa membuka situs www.kemendagri.go.id.

Sunday, March 6, 2016

Ketika Kakak - Adik Seperti Tom & Jerry


Mommies masih pada ingat sama Musafa dan kakaknya Scar dari film kartun the Lion King? Bart dan adiknya Lisa dari kartun The Simpsons? Miiko dan mamoru dari komik Hai Miiko? Atau mungkin yang masih segar di ingatan adalah kakak beradik Kardashian dari reality show Keeping Up With The Kardashian. Di film atau acara TV tersebut, diceritakan bahwa tokoh-tokoh kakak beradik yang saya sebutkan diatas itu sering bertengkar, namun biasanya setelah konflik mereka selesai, mereka akan kembali rukun dan kembali menyayangi satu sama lain ( mungkin terkecuali Musafa dan Scar ya yang tidak pernah rukun ). Hubungan love/hate antar kakak beradik seperti itulah yang sering disebut dengan sibling rivalry.


Menurut Kyla Bosye dari Universitas Michigan, sibling rivalry adalah kecemburuan, kompetisi dan tertengkaran antara kakak dan adik. Sibling rivalry ini biasanya dimulai sesaat setelah anak kedua lahir dan terus berlanjut hingga masa anak-anak. Masalah sibling rivalru ini kemudian menjadi sumber stres tersendiri bagi orangtuanya (bener nggak Mommies?). Tenang, nanti pada bagian akhir dari artikel ini akan saya kasih tips and tricknya untuk mengatasi masalah sibling rivalry ini ya!

Berdasarkan tahap perkembangannya, menurut Papalia dan Feldman (pengarang buku Experience Human Development), bayi akan merasa terikat dengan kakaknya. Namun, saat bayi sudah mulai sering bergerak dan lebih asertif, mereka akan mulai terlibat konflik dengankakaknya. Kemudian konflin akan semakin sering terjadi saat sang adik sudah mencapai usia 18 bulan.

Lambat laun, setelah kemampuan kognitif dan pemahaman sosial anak tumbuh, konflik antar kakak adik cenderung menjadi konstruktif, dan sang adik ikut berusaha untuk damai. Konflik yang konstruktif ini membantu anak mengenali kebutuhan, keinginan dan sudut pandang satu sama lain sehingga membantu mereka belajar bagaimana bertengkar, berbeda pendapat, dan saling kompromi dalam hubungan yang aman dan stabil.

Saat anak sudah berusia sekitar 3-6 tahun, konflik yang paling sering terjadi antara kakak dan adik adalah mengenai hak milik (siapa yang memiliki mainan atau siapa yang berhak memainkan mainan tersebut). Sebenarnya perselisihan dan penyelesaian konflik antara kakak dan adik tersebut dapat menjadi sebuah kesempatan untuk bersosilaisasi, dimana anak belajr untuk bersikap tegas atas prinsipnya dan melakukan negosiasi atas perbedaan pendapat.

Hubungan antar kakak beradik ini juga diperngaruhi oleh hubungan sang kakak dengan teman-temannya. Apabila sang kakak memiliki hubungan yang baik dengan temannya sebelum adiknya lahir, mereka anak memperlakukan adiknya dengan lebih baik dan jarang menampilkan tingkah lalu antisosial saat remaja. Walaupun kakak dan adik sering konflik, sibling rivalry bukanlah bentuk hubungan yang paling utama antar keduanya. Mereka juga menunjukkan hubungan yang penuh kasih sayang, saling bersahabat dan saling memengaruhi.

Saat salah satu dari kakak atau adik berusia 7-9 tahun, mereka akan masuk ke tahap middle childhood dimana salah satu karakteristiknya adalah mulai bergaul dengan teman sebayanya. Perubahan ini akan menimbulkan kecemburuan dan rasa kompetitif atau hilangnya ketertarikan dan kedekatan dengan saudaranya. Namun, hubungan antara kakak dan adik dapat menjadi "laboratorium" untuk menyelesaikan konflik. Kakak dan adik termotivasi untuk berbaikan setelah bertengkar, dan mengetahui bahwa mereka akan saling bertemu setiap hari. Mereka belajar bahwa mengekspresikan kemarahan tidak akan mengakhiri hubungan persaudaraan. Kakak beradik dengan jenis kelamin sama akan lebih sering bertengkar, terutama kakak beradik laki-laki.

Bagaimana cara mengangani sibling rivalry?
  1. Jangan pilih kasih.
  2. Coba untuk tidak membandingkan satu sama lain.
  3. Ajari anak untuk kooperatif bukan ingin menandingi.
  4. Ajari anak cara positif untuk menarik perhatian saudaranya. Tunjukkan kepada mereka bagaimana cara menghampiri saudaranya untuk mengajak bermain dan berbagi mainan.
  5. Berlaku adil, tetapi jangan menyamaratakan. Kakak dan adik memiliki kebutuhannya masing-masing berdasarkan usianya, apabila anak melihat adanya perbedaan karena anak yang satunya lebih tua atau memiliki tanggung jawab, mereka akan melihat perbedaan tersebut sebagai keadilan.
  6. Pastikan anak memiliki waktu dan ruangnya sendiri. Anak memerlukan kesempatan untuk melakukan kegiatannya sendiri, bermain dengan temannya tanpa saudaranya, dan untuk memiliki ruang dan benda yang aman dari saudaranya.
  7. Ajari anak untuk mengembangkan kemampuan menyeliesaikan konflik mereka sendiri. Ajari mereka untuk berkompromi, menghormati satu sama lain, membagi barang secara adil, dll.
  8. Tidak penting siapa yang memulai pertengkaran tersebut karena dibutuhkan 2 pihak untuk terjadi pertengkaran. Buat anak memiliki tanggung jawab yang sama ketika melanggar peraturan.
  9. Saat konflik, beri anak kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya mengenai satu sama lain. Tunjukkan kepada mereka cara untuk mengungkapkan perasaan tanpa berteriak atau melakukan kekerasan.
  10. Gunakan strategi win-win solution. Dimana masing-masing pihak memperoleh sesuatu.
Anak memang harus dibiarkan menyelesaikan konfliknya sendiri, tetapi ada beberapa saat dimana orangtua harus cepat bertindak. Saat-saat dimana orang tua harus memisahkan adalah ketika :
  1. Terjadi perkelahian yang berbahaya. Segera pisahkan anak dan ketika anak sudah tenang, bicarakan mengenai apa yang terjadi dan jelaskan bahwa kekerasan sama sekali tidak diperbolehkan.
  2. Ketika anak secara rutin melakukan kekerasan fisik, dan atau ketika salah satu anak selalu menjadi korban, merasa ketakutan dengan saudaranya, dan tidak melawan balik. Orang tua harus mencari bantuan profesional karena orang tua sedang menghadapi sibling violence.
Jadi perlu diingat kalau sibling rivalry itu wajar. Mommies tidak perlu khawatir, anaknya masing saling menyayangi satu sama lain koko. Biarkan mereka hadapi dan selesaikan konflik mereka sendiri, kecuali kalau mengarak ke sibling violence, ya, Mommies